Monthly Archives: Februari 2010

andai ozon bisa bicara .

Standar

Andai ozon bisa bicara
Dia akan berkata
Oh…betapa kejamnya manusia
Andai ozon bisa bicara
Dia akan berkata
Hidupku sudah tak lama
Andai ozon bisa bicara
Dia akan berkata
Aku kini sakit digerogoti
berbagai penyakit
Andai ozon bisa bicara
Dia akan mengabarkan kepada kita
Wahai para manusia kini aku telah tertembus….
berlubang
tak dapat menyaring tombak sang mentari
Tapi dia hanya sebongkah komunitas bisu
Yang tak dapat berkata-kata

tomorrow never come

Standar

Ternyata aku memang mencintainya. Setiap malam aku memikirkan ini, dan sekarang baru aku merasa yakin kalau rasa ini memang hanya untuknya. Semakin aku mengenalnya, seakan aku tak bisa lepas lagi darinya. Bunga, aku sangat mengagumimu. Sosok yang begitu sederhana. Yah, alasan itulah yang selama ini membuatku tak berani meneruskan rasa ini. Aku, seorang pemilik bisnis komputer yang cukup terkenal, tak mungkin bisa jatuh cinta pada seorang gadis biasa seperti dia. Aku yang lulusan S2 sebuah PTN terkenal di Jakarta tak mungkin bersama gadis yang hanya lulusan SMA. Aku yang terus berprestasi sepanjang masa studiku hingga sekarang berkarir, tak mungkin berniat serius dengan anak seorang pemilik warung pinggir jalan seperti dia. 6 bulan lebih aku tetap pada pemikiranku itu. Sungguh, aku tak mungkin bersama dia. Apa kata dunia bila aku pacaran, dan akhirnya mengikat janji dengan gadis yang tak setara denganku?

Dan aku yakin bisa menghilangkan rasa yang sebenarnya telah tumbuh sejak pertama bertemu dengannya, di warung milik ayahnya. Sampai hari ini tiba. Keyakinanku goyah. Yah, ternyata semua prediksiku salah. Aku tak bisa melupakannya, sedetik pun. Terlebih akhir-akhir ini. Entah apa yang membuatku begitu mengaguminya diantara gadis-gadis lainnya. Ada banyak pilihan buatku, gadis selevel, pintar, berkarir, dari keluarga yang disegani, tapi aku tak pernah bisa memilih. Tak ada satu gadispun yang sanggup menyita waktu dan pikiranku seperti Bunga. Aku akui setahun yang lalu aku pernah berniat serius dengan salah satu branch office managerku di kantor cabang daerah Surabaya. Dia pintar, disiplin, loyal, dan yang paling penting, dia juga berniat serius denganku. Tapi aku juga tak mengerti kenapa tiba-tiba saja perasaan itu hilang justru setelah kami semakin saling mengenal, dan akhirnya aku membiarkan dia dinikahi seorang staff perbankan rekanan bisnisku. Ya, istilahnya, aku jadi mak comblang untuk orang yang katanya aku sayangi. Aneh kan? Akhirnya setelah aku mengenal Bunga, aku tahu jawabannya. Aku hanya mengagumi saja, bukan mencintai. Dan aku merasa berbeda dengan Bunga. Walaupun sebelumnya ada banyak penyangkalan dan pemikiran rasional atas perasaanku padanya, kenyataannya, aku mengakui sekarang. Aku sedang jatuh cinta!

Saat itu aku melihatnya sedang membantu seorang nenek menyebrang di jalanan yang memang sangat ramai. Entah kenapa tiba-tiba saja aku menghentikan laju mobilku dan memutuskan mengikutinya. Ternyata dia lalu masuk di sebuah warung pinggir jalan tak jauh dari tempatku berdiri memandangnya. Pandanganku terus mengikutinya. Dia sibuk melayani pembeli. Dengan tangannya yang cekatan dia membersihkan meja, mengantar pesanan, menerima pembayaran dari pembeli, sesekali menyeka keringat yang menetes di dahinya. Tanpa sadar, hampir dua jam aku disana memandangnya. Dan hal itu berlanjut terus hingga satu minggu. Aku tetap berdiri disana, sampai pada hari ke delapan pengintaianku, aku memutuskan untuk makan di warung itu. Sebuah keputusan sulit karena sebelumnya aku tak pernah makan di pinggir jalan. Aku termasuk orang yang sangat berhati-hati dengan makanan. Tapi toh akhirnya aku masuk juga, dan mulai memilih makanan apa yang akan aku santap. Dia datang, menawarkan menu andalan warungnya. Aku mengikuti sarannya, es kelapa muda dan soto babat tapi tanpa nasi, karena aku tak biasa mengenyangkan diri di pagi hari. Dia berlalu, melayani pesananku dengan bantuan seorang lelaki paruh baya yang akhirnya aku kenal sebagai ayahnya. Saat dia datang lagi dengan pesananku, aku benar-benar tak mengerti apa yang membuatku nekat melakukan ini. Dia biasa saja, sekilas tak ada yang menarik dari wajahnya. Sampai saat aku melihatnya tersenyum pada ayahnya sewaktu mereka asyik bercanda. Akrab sekali. Warungnya memang masih sepi, karena mungkin memang masih terlalu pagi. Dan aku memang sengaja memilih waktu ini agar aku bisa menemukan jawaban atas kelakuan anehku seminggu ini. Akhirnya aku temukan. Kesahajaannya, semangatnya, rasa percaya dirinya, keramahannya, juga senyumnya. Aku terpesona pada dirinya. Hingga berbulan-bulan aku selalu sarapan di warung itu, berkenalan dengan ayahnya. Membicarakan obrolan-obrolan ringan seputar topik-topik hangat yang menjadi headline di surat kabar, hingga cerita soal keluarganya.

Ternyata ayah Bunga open mind person, berwawasan, dan sangat bijak menyikapi suatu masalah. Aku tak pernah canggung dibuatnya. Dari obrolan biasa, hingga masalah serius menyangkut masa depanku aku bicarakan padanya. Tak jarang Bunga turut menyela saat dia tak sibuk melayani pembeli. Menanggapi omongan ayahnya yang kadang memang suka diselingi dengan canda. Aku seakan merasa begitu dekat dengan mereka, disamping perasaan lain yang aku rasakan semakin tumbuh subur pada Bunga. Tapi seperti apa yang aku ungkap sebelumnya, aku tak berani mengakui kalau ini adalah rasa cinta, hanya karena status sosial dan keadaan Bunga yang sangat sederhana. Tapi pagi ini, setelah semalaman aku berpikir keras, aku akan mengubahnya. Yah, aku sudah mantap pada pilihanku. Aku sudah tahu banyak tentang latar belakang Bunga. Studinya mandek bukan karena otak Bunga tak mampu, tapi karena dia mengalah untuk adik-adiknya. Tak meneruskan studi tak membuat Bunga berhenti belajar. Banyak yang dia tahu, termasuk masalah komputer. Rasa ingin tahunya sangat tinggi, membuat aku semakin tak bisa melepas pesonanya. Yah, hanya keadaan yang kurang menguntungkan baginya. Dan sekarang, aku ingin sekali membuatnya bahagia. Berhenti memikirkan nafkah untuk keluarganya. Karena aku yakin sanggup menafkahinya, lahir dan batin, termasuk menyekolahkan kedua adiknya. Aku semakin mantap dengan keputusan ini. Segera kupacu civic hitam metalikku dengan hati yang tak menentu. Kali ini aku berniat memarkirnya di depan warung ayah Bunga, agar dia yakin aku bisa mencukupi kebutuhan materinya. Selama ini aku memang tak mengenalkan diriku yang menjadi direktur utama perusahaan spare part komputer dengan banyak kantor cabang di seluruh Indonesia. Yang mereka tahu aku hanya seorang wiraswasta yang sedang meniti karir. Aku tak berniat membohongi mereka, hanya saja aku tertarik dengan ketulusan dan keramahan mereka pada setiap orang, tak perduli status sosial mereka. Dan itu menjadi satu bukti padaku, bahwa mereka, terlebih Bunga tak berorientasi pada status dan materi bila mengenal seseorang, berbeda dengan orang-orang yang selama ini berada di dekatku. Setelah tikungan itu aku akan segera sampai, tapi ups!!! Nyaris saja aku menabrak seorang nenek tua yang menyebrang tertatih. Untung aku cepat menguasai keadaan hingga mobilku bisa berhenti di pinggir jalan sebelum sempat menabrak pohon beringin besar di sisi jalan itu. Huff!! Aku menarik nafas lega. Aku keluar, hanya ingin mengetahui keadaaan nenek tua itu. Tapi kelihatannya dia baik-baik saja, hanya agak terkejut sedikit mungkin. Tapi sudah ada banyak orang yang datang dan menolongnya, termasukBunga. Dia segera memeluk nenek tua itu sebelum dia menjerit dengan kerasnya. Aku heran melihatnya. Nenek itu baik-baik saja, bahkan sekarang bisa berdiri tanpa bantuan Bunga. Tapi Bunga terus menatap ke arah mobilku sambil meneteskan air matanya. Lirih juga kudengar dia menyebut namaku. Lalu datang ayah Bunga, melihat keadaan dan menenangkan Bunga. Ada segulir air mata jatuh di pipinya. Aku tak mengerti. Segera saja kudekati Bunga gadis yang ingin kunikahi itu. Aku tak tahan melihatnya menangis tersedu seperti ini. Tapi seakan dia tak melihatku, berlari mendekati mobilku. Ternyata ada banyak orang di sekeliling mobilku, menarik tubuh seorang lelaki muda yang bersimbah darah dari kursi depan mobilku. Aku heran, dan berjalan mendekat. Melihat Bunga yang masih terus menangis, juga ayahnya. Lalu aku melihat wajah itu, penuh darah, tapi aku masih bisa mengenalinya. Dia adalah aku

just another note about LOVE

Standar
just another note……

Seseorang yang mencintai kamu,,
Tidak bisa memberi alasan Mengapa ia mencintaimu..
Dia Hanya tau, di mata dia …. kamulah satu-satunya yg terbaik saat ini.

Seseorang yang mencintai kamu,,
Sebenarnya Selalu membuatmu marah/jengkel/stress…
Tapi ia tidak pernah tau hal bodoh apa yang sudah ia lakukan,,
Karena semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikanmu.

Seseorang yang mencintai kamu,,
Jarang memujimu tetapi di dalam hatinya, kamu adalah yang terbaik,
Hanya itu yang ia tau..

Seseorang yang mencintai kamu,,
akan marah” atau mengeluh jika kamu tidak membalas pesannya atau telponnya,
Karena ia peduli dan tidak ingin sesuatu terjadi pada kamu..

Seseorang yang mencintai kamu,,
Hanya menjatuhkan airmatanya dihadapanmu, dan ketika kamu mencoba menghapus airmatanya..
Kamu telah menyentuh Hatinya,
Dimana hatinya selalu berdegup/berdenyut/bergeta

r untuk kamu..

Seseorang yang mencintai kamu,,
Akan mengingat setiap kata yang kamu ucapkan,
Bahkan yang tidak sengaja dan ia akan selalu menggunakan kata2 itu tepat pada waktunya.

Seseorang yang mencintai kamu,,
Tidak akan memberikan janji apapun dengan mudah,
Karena ia tidak mau mengingkari janjinya..
Ia ingin kamu untuk mempercayainya dan ia ingin memberikan hidup yang paling bahagia dan aman Selama lamanya.

Seseorang yang mencintai kamu,,
Mungkin tidak bisa mengingat kejadian/kesempatan istimewa
Seperti perayaan Hari ulang tahunmu, perayaan Hari Jadian atau apapun itu….
Tapi ia tahu bahwa setiap detik yang ia lalui,,,
Ia mencintai kamu, tidak peduli hari apakah ini….

Pernahkah kamu mempunyai seseorang yg mencintai dan dicintai seperti itu ???

Mohon jaga lahh dengan baik karena setiap Hati yg telah terluka mungkin tidak akan tergantikan untuk selamanyaa..

♥♥♥♥♥♥♥♥